Catatan tentang Nobar Fiilm “Sokola Rimba” bersama Adik-adik Griya Baca Malang [24 November 2013]
Pernahkah kita berfikir bahwa kehidupan kita adalah yang paling sulit?
Jumat atau sabtu, seminggu sebelum acara nonton bareng dilaksanakan, Papung tiba-tiba mem-floor-kan rencana Nobar untuk tanggal 24 November 2013 bersama adik-adik Griya Baca di grup whatsapp. Beberapa teman mengungkapkan kesediaannya untuk hadir, dan beberapa bersedia untuk berpartisipasi “dari jauh”. Persiapan yang dilakukan tidak banyak, dan tidak ribet. Esoknya, sebuah email masuk dari Papung yang berisi rancangan notes yang siap dipublikasikan. No saran, no kritik, siang atau sorenya, notes itu langsung published di Facebook dan siap kami share. Kegiatan ini membawa bendera “Sahabat 5 cm Regional Malang”. Semua teman turut berpartisipasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebuah inisiatif keren datang dari Echa, membuatkan kue untuk adik-adik dan kita semua yang hadir. Nice …
Jam 9 pagi, kami janjian kumpul di Alun-alun Kota Malang. Satu per satu teman mulai hadir, Papung, Bagus, Ana, Yeyen, Echa, mbak Silfi, Fifin, saya, dan beberapa teman Papung, selain adik-adik Griya Baca yang sedari pagi telah aktif berkegiatan dengan mahasiswa jurusan HI UB. Pukul 11.30-an, kami mengumpulkan adik-adik dan mulai sharing tentang “Apa itu Kebahagiaan?”, cita-cita mereka, serta sedikit games cess-dor yang cukup mengocok perut dan melatih konsentrasi kita semua.
Sharing tentang “Apa itu Kebahagiaan?” diawali dengan obrolan tentang cita-cita masing-masing adik Griya Baca. Apa sih cita-cita mereka? Keren-keren lo, ada yang ingin jadi tentara, dokter, guru, dosen, artis, dan pengusaha sukses. Saya berpikir, adik-adik sudah mulai bisa merencanakan apa yang mereka inginkan untuk masa depan mereka sendiri. Apa yang mereka impikan, kita, selayaknya mengapresiasi, dengan apa? Dengan memberikan pengertian, arahan, dan motivasi agar mereka terus maju untuk mengusahakan apa yang mereka impikan. Hal yang terpenting adalah mengarahkan mereka untuk mewujudkan cita-cita agar mereka belajar sepanjang hayat, bukan berorientasi finansial belaka, seperti kata Papung ke adik-adik waktu sharing.
Kebahagiaan itu adalah ketika kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, misalkan, ketika kita bercita-cita menjadi artis, lalu kemudian kita berhasil menjadi artis, bisa dikatakan kita bahagia? Bisa saja demikian. Itu kebahagiaan pertama. Nah, kebahagiaan kedua adalah ketika bersyukur atas apa yang kita dapatkan, karena bersyukur adalah salah satu jalan pembuka kebahagiaan. Kebahagiaan ketiga adalah ketika kita bisa memberikan manfaat ke orang lain melalui kemampuan atau sesuatu yang kita dapatkan. Contoh, apa kita akan bahagia jika akhirnya kita bisa menjadi artis, namun tidak mampu memberikan hiburan ke masyarakat? Jelas tidak, karena artis yang bahagia adalah artis yang mampu menghasilkan karya yang sanggup dinikmati dan bermanfaat positif bagi masyarakat. Happiness is simple, instead, itulah yang dapat saya sarikan dari sharing antara Papung dengan adik-adik.
Setelah sharing, lanjut ke games cess-dor yang di-handle oleh Yeyen dan Echa. Games tidak terlalu berjalan lancar seperti prosedur aslinya, namun tidak mengurangi unsur seru dan kocak yang ada. Kami dan adik-adik dibuat ngakak dan sedikit rileks setelah bermain games tersebut. Kami bolak-balik salah menyebutkan nama, tidak hafal nama kelompok, atau salah urutan. Sepertinya, konsentrasi memang perlu diperbaiki (hehehe…). Kelar games, lanjut ke esi makan-makan kue yang dibawa Echa, karena di dalam bioskop, kami tidak diperkenankan membawa kue. Nah, satu lagi kebahagiaan muncul, yaitu ketika apa yang kita berikan mampu membuat orang lain bahagia. Kue dari Echa laris manis, dan malah ada salah satu adik yang bernama Erwin, menyembunyikan kue-kue dari Echa saking doyannya (hahaha…). Next time, boleh-lah kuenya lagi ya? Hahaha…
45 menit sebelum film diputar, kami menuju ke Mandala. Selepas shalat dhuhur di musholla-nya, kami baru ke atas untuk masuk studio. Kami masuk studio 3, duduk rapi, lantas film diputar. Kami duduk anteng hampir 2 jam, mencoba menghayati tiap adegan demi adegan film dan merefleksikan ke kehidupan kami sendiri. Mau tidak mau, sadar atau tidak sadar, kita sudah melewatkan banyak waktu untuk belajar, selalu mengeluh ketika belajar, sementara tokoh Bungo begitu semangat memanfaatkan tiap waktunya untuk mencuri-curi belajar ke Bu Guru Butet karena malu, merelakan kakinya berjalan jauh dari hilir ke hulu demi bisa melafalkan ABCDE dan lancar membaca surat perjanjian yang ditawarkan penebang liar. Ketika ia mendapatkan kesempatan untuk belajar, ia tak sedikitpun menyia-nyiakan apa yang ia dapatkan, ia belajar sungguh-sungguh, hingga akhirnya ia dan teman-temannya dari sungai Makeka Hulu dan Hilir lancar membaca dan berhitung. Ia tidak mau dibodohi orang luar rimba hanya karena mereka tidak bisa membaca. Bungo ingin mata, hati, dan pemikirannya terbuka tanpa harus meninggalkan adat istiadat yang mereka jaga turun temurun.
Dibalik segala kesulitan yang kita alami, sebenarnya kita diajarkan Tuhan untuk selalu belajar, belajar sepanjang hayat, karena kehidupan ini sesungguhnya adalah sumber dan media pembelajaran yang paling baik. Janganlah berpikir, apa yang kita alami dalam hidup adalah kondisi tersulit, karena sesungguhnya banyak hal yang kita tidak ketahui bahwa entah di sudut mana di dunia ini, banyak saudara kita yang memiliki kehidupan jauh lebih sulit. Sebagai contoh, kita yang hidup di lingkungan serba modern, terkadang merasa mengeluh ketika belajar, padahal kita punya akses yang lancar untuk belajar. Film Sokola Rimba membuka mata dan hati kita semua bahwa di sudut-sudut tertentu di Indonesia, masih banyak teman-teman kita yang ingin sekali belajar, tapi susah mendapatkan akses untuk belajar. Lantas mengapa kita yang punya akses lancar untuk belajar, malah mengeluh dan malas belajar. Kita seharusnya bersyukur, bahwa kita sangat beruntung dengan hidup yang kita jalani sekarang.
Mari sejenak kita refleksikan semua, apakah keluhan yang kita lontarkan lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan rasa syukur yang kita panjatkan? masihkah kita berfikir bahwa kehidupan kita adalah yang paling sulit?
2 jam berlalu, dan nobar pun harus diakhiri dengan acara ramah tamah antara kami dengan adik-adik. Pelajaran berharga yang kita dapatkan hari ini antara lain.
- Bersyukur adalah salah satu pembuka kebahagiaan
- Manusia yang bahagia adalah yang mampu memberikan manfaat positif bagi orang lain
- Berbagi itu tidak harus ribet, berbagi itu sederhana, ikhlas, tulus, dan penuh empati
matur tingkiyuw … ^_^
sahabat 5 cm regional Malang and friends
26 November 2013
>> Dini Safitri